SELATPANJANG - Menurut pandangan Pakar Lingkungan DR Elviriadi MSi, masa depan kehutanan di Indonesia makin tak pasti. Itu diperhatikan d...[read more] "> SELATPANJANG - Menurut pandangan Pakar Lingkungan DR Elviriadi MSi, masa depan kehutanan di Indonesia makin tak pasti. Itu diperhatikan d" />
 
Home
Sambut HBP ke-60, Rutan Dumai dan PIPAS Rutan Dumai Gelar Donor Darah | Warga Binaan Rutan Dumai Gotong Royong Jaga Lingkungan Blok Hunian Tetap Bersih | Walikota Dumai H. Paisal Menjamu Masyarakat Dengan Berbagai Macam Hidangan | Walikota Dumai Bersama Ketua TP PKK Kota Dumai Menyambut Kehadiran Masyarakat Dengan Baik | Rasyid Assaf Dongoran Ikuti Proses Penjaringan Bupati Pada Golkar Tapsel | Khenoki Waruwu Mendaftar Sebagai Bakal Cakada Di Partai Golkar, PDI-P Dan Partai Demokrat
Sabtu, 20 April 2024
/ Meranti / 17:52:05 / Elviriadi: Masa Depan Kehutanan di Indonesia Makin Tak Pasti /
Elviriadi: Masa Depan Kehutanan di Indonesia Makin Tak Pasti
Selasa, 13/02/2018 - 17:52:05 WIB
DR Elviriadi MSi

REALITAONLINE.COM,SELATPANJANG - Menurut pandangan Pakar Lingkungan DR Elviriadi MSi, masa depan kehutanan di Indonesia makin tak pasti. Itu diperhatikan dari perkembangan kondisi kehutanan, lingkungan hidup, energi, dan sumberdaya alam yang terus merosot.

Demikian kesimpulan yang diutarakan Elviriadi saat berbincang bincang dengan GoRiau, Senin (12/2/2018).

Kata laki-laki bertubuh tambun itu, Indonesia terlanjur salah arah. Hutan dijadikan komoditas ekonomi, tetapi lupa me-manage nya dengan baik. Sementara di negara maju, hutan dan kekayaan di dalamnya memang dihabiskan, tetapi era industri dan transfer teknologi berhasil diraih.

Ditambahkan Elviriadi lagi, setidaknya ada 4 faktor yang menghantui kehutanan dan lingkungan hidup di Indonesia, khususnya Riau.

Pertama, pemerintah dan DPR RI belum punya grand design penyelamatan hutan dalam jangka panjang. Harusnya ada tekad kuat ke arah green government. Caranya, buka peta luas hutan sesungguhnya, buat moratorium permanen hutan tersisa.

Kedua, masih berkembangnya doktrin hutan harus diambil kayunya oleh Fakultas Kehutanan di Universitas-universitas. Padahal hutan dan sumberdaya alam sedang krisis, tapi masih dijejali fikiran mahasiswa dengan semangat eksploitasi (alam).

"Inilah bahaya ilmuan sekuler di universitas. Jurusan budidaya hutan tak berhubungan dengan misi khalifah fil ardi. Begitu juga agroteknologi, bioteknologi, ekonomi, semuanya dikotomi. Ilmu kaca mata kuda inilah yang menghancurkan bumi dan peradaban manusia," kata Elviriadi.

Ketiga, luas hutan produksi jauh di atas konservasi, hutan lindung, suaka margasatwa, ulayat adat. Tapi negara tetap percaya investasi menggerus SDA sebagai penyelamat APBN dan rakyat.

"Harusnya, Dirjen Hutan Produksi dibubarkan, ganti dgn Dirjen Ulayat Adat agar ruang kelola lebih berkeadilan dan berkelanjutan," katanya lagi.

Terakhir, disampaikan anak watan Kepulauan Meranti itu, birokrat tulen yang menghendaki perubahan di sektor kehutanan dan lingkungan amat langka. Karena itu, orang baik seperti Menteri Siti Nurbaya akan terus dirongrong, mereka menunggu betul kapan era Siti Nurbaya berakhir.

"Namun demikian, publik harus optimis karena kebenaran akan tegak di tangan para visioner zaman," kata Elv di akhir bincang-bincang. ***
   
 
 
 
 
 

Alamat Redaksi & Iklan :
 
Jl. Garuda No. 76 E Labuhbaru
Pekanbaru, Riau-Indonesia
  Mobile  : 081268650077
Email : yhalawa2014@gmail.com